“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan
pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.” >>Buya
Hamka<<
Antara manusia dengan binatang tentu saja
memiliki derajat yang berbeda. Walau sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Bedanya
manusia memang makhluk yang istimewa karena dikarunia akal sehat dan kearifan.
Bukan insting saja yang ada. Untuk itulah manusia
sejatinya memiliki derajat kehidupan yang berbeda dengan binatang.
Seperti yang dikatakan ulama besar, Buya Hamka:
Kalau manusia hidup cuma sekadar hidup, babi pun bisa melakukannya.
Artinya kalau hidup cuma untuk makan dan tidur
binatang pun bisa melakukannya. Sebagai manusia tentu mesti punya nilai lebih.
Hidup bukan untuk makan dan tidur. tapi makan dan
tidur untuk hidup, agar dapat menjadi bernilai hidupnya bagi sesama.
Sebagai manusia, kalau bekerja sekadar bekerja.
Apa bedanya dengan kera? Kera juga bisa bekerja dengan keahliannya. Kera bisa
bekerja untuk manusia dengan memetik kelapa.
Apa yang dikatakan Buya Hamka memang terasa
menohok. Kita sebagai manusia dengan segala pembenarannya bekerja sekadar
mendapat imbalan.
Oleh sebab itu dalam bekerja kita kehilangan
rasa. Seringkali keadaan yang menyebabkan kita berlaku demikian. Apalagi di
tempat kita bekerja tidak ada apresiasinya. Yang rajin dan yang malas sama saja
penghargaannya.
Apa artinya bekerja rajin dan sungguh-sungguh
kalau hasilnya toh sama saja? Dalam kondisi ini keluguan dan semangat kita
hilang. Bekerja jadi sekadar bekerja.
Secara logika kita anggap benar saja. Tetapi
secara kejiwaan kita telah menyia-nyiakan potensi yang kita miliki. Pada
dasarnya kita orang yang rajin dan bersemangat. Tapi rela memalaskan diri.
Bila bekerja hanya sekadar demi imbalan tanpa
kecintaan, maka tak akan dapat terhindarkan bila kita akan bekerja sekadar
bekerja.
Alangkah indahnya hidup ini bila kita dapat
bekerja bukan sekadar mengejar imbalan. Tapi ada kecintaan yang menyertai..
Jadi kesimpulannya, agar kita terhindar dari
bekerja sekadar bekerja pilihannya adalah mencari pekerjaan yang sesuai dan
memberikan kenyamanan, sehingga tidak terkesan membudakkan diri dalam bekerja.
Tapi dapat bekerja dengan penuh suka cita dan cinta. Masih ada sisi kemanusiaan
yang menyertai.