Jumat, 16 Agustus 2013 - 0 komentar

“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.”




“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.” >>Buya Hamka<<

Antara manusia dengan binatang tentu saja memiliki derajat yang berbeda. Walau sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Bedanya manusia memang makhluk yang istimewa karena dikarunia akal sehat dan kearifan.
Bukan insting saja yang ada. Untuk itulah manusia sejatinya memiliki derajat kehidupan yang berbeda dengan binatang.
Seperti yang dikatakan ulama besar, Buya Hamka: Kalau manusia hidup cuma sekadar hidup, babi pun bisa melakukannya.
Artinya kalau hidup cuma untuk makan dan tidur binatang pun bisa melakukannya. Sebagai manusia tentu mesti punya nilai lebih.
Hidup bukan untuk makan dan tidur. tapi makan dan tidur untuk hidup, agar dapat menjadi bernilai hidupnya bagi sesama.
Sebagai manusia, kalau bekerja sekadar bekerja. Apa bedanya dengan kera? Kera juga bisa bekerja dengan keahliannya. Kera bisa bekerja untuk manusia dengan memetik kelapa.
Apa yang dikatakan Buya Hamka memang terasa menohok. Kita sebagai manusia dengan segala pembenarannya bekerja sekadar mendapat imbalan.
Oleh sebab itu dalam bekerja kita kehilangan rasa. Seringkali keadaan yang menyebabkan kita berlaku demikian. Apalagi di tempat kita bekerja tidak ada apresiasinya. Yang rajin dan yang malas sama saja penghargaannya.
Apa artinya bekerja rajin dan sungguh-sungguh kalau hasilnya toh sama saja? Dalam kondisi ini keluguan dan semangat kita hilang. Bekerja jadi sekadar bekerja.
Secara logika kita anggap benar saja. Tetapi secara kejiwaan kita telah menyia-nyiakan potensi yang kita miliki. Pada dasarnya kita orang yang rajin dan bersemangat. Tapi rela memalaskan diri.
Bila bekerja hanya sekadar demi imbalan tanpa kecintaan, maka tak akan dapat terhindarkan bila kita akan bekerja sekadar bekerja.
Alangkah indahnya hidup ini bila kita dapat bekerja bukan sekadar mengejar imbalan. Tapi ada kecintaan yang menyertai..
Jadi kesimpulannya, agar kita terhindar dari bekerja sekadar bekerja pilihannya adalah mencari pekerjaan yang sesuai dan memberikan kenyamanan, sehingga tidak terkesan membudakkan diri dalam bekerja. Tapi dapat bekerja dengan penuh suka cita dan cinta. Masih ada sisi kemanusiaan yang menyertai.