Gw mau share pesan whatsapp (WA) dari temen gw Syekh Muarifin Umar Sodieq, ini gw share karena memang sangat layak untuk kita renungkan.
..Risau akan kejadian yang menimpa Vincentius Billy (mahasiswa FEUI yg ditemukan gantung diri di kamar kosnya karena depresi nilainya anjlok). saya menemukan tulisan yang layak direnungkan oleh para orang tua:
KAJIAN PARENTING
By: Ibu Elly Risman
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)
Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi Allah yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.
Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.
ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,
Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya. Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya
#Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!"
#Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".
#Kecipratan sedikit minyak, "Sudah sini, Mama aja yang masak".
Kapan anaknya bisa?
kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, Apa yang terjadi ketika bencana benar-benar datang?
Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress, menyelesaikan masalah, dan mencari solusi, merupakan ketrampilan/skill yang wajib dimiliki.
Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil, skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!
Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.
Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi, tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?
Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.
Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.
Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yg sama untuk AQ nya.
AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialaminya.
Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya. Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yg sederhana sampai yg sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika benar2 tidak sanggup lagi.
So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...
Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit menangis, sedikit kecewa, sedikit telat, dan sedikit kehujanan.
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan. Ajari mereka menangani frustasi.
Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel, Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?
Bisa-bisa anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi, ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.
Apalagi menjadi orang tua, insting pertama adalah melindungi, jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orang tua.
Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan,badai dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.
Selamat merenung.
#untuk yg sudah jadi orang tua atau calon orang tua.
Minggu, 12 Juni 2016 -
0
komentar


Kajian Parenting - Adversity Quotient
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.