Aku sudah mulai kuat untuk berjalan sendiri, untuk bercerita kepada sahabat-sahabatku mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi. mereka lebih banyak terdiam dan menganga, betapa aku sanggup melewati sebuah ujian yg lebih berat. hatiku rasanya sudah mulai berdetak normal melihat namanya atau menyebut dirinya ditengah percakapan ringanku bersama teman yg lain. aku mulai bisa memandangnya sebagai sebuah objek yg kekal, tanpa embel-embel kenangan, apalagi harapan. pertahananku rapi, batu bataku sudah tersusun sempurna mengelilingi hati yg muram, menunggu seseorang yg kuat datang. cukup kuat untuk menghancurkan tembok yg kubangun sendiri untuk melindungi hatiku yg baru saja kurekatkan. aku membutuhkan wanita nanti.
Nanti....
Untuk saat ini, rasanya inilah kondisi teraman dan ternyaman bagiku. aku belum siap memberikan hati yang baru saja kurekatkan dan kukelilingi dengan tembok yg tinggi kepada orang lain. aku lebih suka menjaganya sendiri dan memberikan proteksi maksimal. hatiku masih kacau dan berantakan, seperti ada badai didalamnya. aku tidak ingin menjadi zombie yg tidak mempunyai hati untuk merasa, tetapi salahkah jika memang sekarang aku tidak bisa merasakan hangatnya cinta? salahkah dia yg telah membawa terbang hatiku jauh, bermain-main dalam nirwana yg dia buat sendiri, lebih tinggi dari langit ketujuh.
jadi saat aku percayakan ia untuk menimang hatiku, tidak sengaja dia jatuhkan hatiku kembali ke bumi. terlalu tinggi untuk ditoleransi benda lembut bernaman hati. namun, jatuh itu membuat hatiku keras dalam berfungsi, tetapi terlalu lemah untuk bekerja. detakku bukan untuk siapa-siapa, aliran darah ini bukan lagi alasan untuk merindukan dirinya. vena dan arteriku, setiap serambi dan bilik jantungku, setiap kembang dan kempis paruku, bukan lagi menjadi milik siapa-siapa. aku sudah bilang kan, aku sudah mulai melangkah maju.
aku bisa menceritakan lagi ke belakang, tentang perjalanan yang membuat bagian otak yg mengatur memoriku sesak dan berdesakan. perjalanan empat tahun lebih yg cukup membuat adrenalinku naik mendadak. sekarang semua sudah biasa saja. pusat ingatan di lobus otakku sudah mulai terbuka lagi, siap diisi dengan memori baru.
mungkin tidak banyak yg terjadi berbulan-bulan ini, di tempat kerja ada beberapa pegawai yg menggodaku, namun aku tidak menanggapi secara serius. beberapa percakapan yg membuat tersenyum.
wanita 1 : pak, boleh pinjam pena nya?
Aku : boleh, untuk apa?
Wanita 1 : buat nulis nama bapak di hati aku.
Aku : ..........
Atau,
Wanita 2 : pak, malam ini kemana?
Aku : ga kemana-mana, emang kenapa?
Wanita 2 : mau ikut aku enggak?
Aku : kemana?
Wanita 2 : kita kerumah orang tua aku, aku mau memberi tahu mereka kalau menantu mereka yg hilang sudah kutemukan.
Aku : ..............
Yah, begitulah cinta, ia menciptakan sebuah perasaan kupu-kupu dalam abdomen, dan pergi menjadi tarantula di sela-sela laring. memaksa untuk keluar, menyisakan banyak perasaan yg rasanya menyumbat jalan napas dan memaksaku untuk mengalami sesak.
Cinta itu Lucu..
Ia datang tanpa sebuah sapaan permisi, menerobos masuk ke dalam bongkahan pertahanan di ranah hati. pertanda jatuh cinta, pencipta sebuah senyuman dan bongkahan harapan. menciptakan sebuah taman bunga yg bermekaran mawar, lengkap dengan durinya yg siap menusuk siapapun yg mencoba menerobos kembali untuk mencuri mawarku yg indah.
Cinta itu Lucu..
Ia datang dalam heningnya sebuah pause dalam diri manusia . memutar lagi alunan lagu yg lama maupun yg baru dan menghidupkan lagi ritme dari melodi hidupmu yg mungkin saja mati suri. cinta datang dalam tidurmu, dalam tidur bawah sadarmu, dalam kesadaranmu yg mengambang. tiba-tiba, ia datang, membuatmu terbangun dari tidur panjang tanpa mimpi, dan menidurkanmu kembali denga perasaan hangat dan kesiapan untuk bermimpi kembali.
iya, dalam sebuah tombol pause.
Aku menekan sebuah tombol pause dalam music player kehidupanku sendiri. kuhentikan pergerakanku, dan membiarkan bumi berputar di sekelilingku dan aku hanya lah menjadi penonton yg setia tanpa mengambil peran di dalamnya. aku bukan sedang menghibernasi diriku. bukan juga mematisurikan diriku dari keriaan yg telah lama kuraih. aku hanya menunggu hingga saat yg dinanti itu tiba. ada permaisuri yg membawakanku kumpulan CD terbaru, berisi kompilasi manis tentang cinta, dan memutarnya di music player hidupku. menekan tombol play-ku, kemudian kami mulai berdansa bersama di taman bunga-bungaku.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.