Jumat, 30 November 2012 - 0 komentar

Tentang cita-cita saya :))


Temen : "Eh cita-cita terbesar kamu apa sih?"
Me : "Hmh? Jadi Ayah yang baik.."
Lalu dia tertawa terbahak-bahak menertawakan cita-cita saya.
 
Perkenalkan saya, Radityo Tranggono berumur 24 tahun berprofesi sebagai seorang buruh. Ketika banyak orang dengan latar belakang pendidikan seperti saya menjawab "Spesialis ini itu bla bla, bla bla ini itu ini" saya cukup tersenyum dan benar-benar yakin akan jawaban saya ingin menjadi ayah yang baik. Kelak.

Kenapa harus mencibir cita-cita Ayah yang baik? Buat saya, cita-cita menjadi seorang ayah yang baik itu lebih susah daripada cita-cita membangun kantor antariksa di luar angkasa, diatas bulan, beratapkan genteng dan beralaskan tanah dengan atmosfir. Ya saya serius, pekerjaan yang harus diapresiasi adalah menjadi ayah yang baik.

Mengapa harus diapresiasi? Karena menjadi ayah yang baik tidak ada sekolahnya dan untuk menjadi ayah yang baik tidak melalui ujian tertulis yang membuat kita tidak makan berhari-hari stress menjelang wawancara atau bertelinga kebal dicerca user. Menjadi ayah yang baik hanya butuh pengakuan. Iya pengakuan, pengakuan dari keluarga. Dan ayah yang baik adalah pencapaian tertinggi laki-laki karena untuk menjadi ayah yang baik dibutuhkan pengakuan dari keluarga. Dan itu sulit.

Ayah saya hanya seorang pegawai biasa, tapi saya berani bilang beliau adalah Ayah yang baik. Beliau selalu memiliki waktu untuk saya, mengecup kening saya sebelum tidur, membetulkan letak selimut saya jika mulai berantakan, mengantar saya sekolah di pagi hari dan menjemput pulang les di malam hari dan beliaulah (selain ibu saya) yang berdiri paling tegap saat saya wisuda. Dan siapa bilang ayah saya tidak sekeren laki-laki yang menduduki jabatan penting di perusahaan?

Menjadi direktur di perusahaan besar? Mudah. Tapi apa artinya semua pencapaian duniawi jika anak merasa terabaikan? Jika tidak ada sapaan selamat pagi penuh cinta untuk anak-anak, jika tidak ada tangan yang mengajari mereka menggambar, jika tidak ada sosok ayah yang menemani anak laki-lakinya belajar naik sepeda, sosok untuk anak laki-lakinya menceritakan pengalaman di sekolah, sosok untuk mereka menangis karena habis berantem dengan teman, sosok yang mereka cari ketika mendapatkan nilai baik, sosok yang mereka peluk ketika mereka jatuh dan sosok yang mereka banggakan kedepan teman-temannya. Itu peran seorang Ayah.

Cita-cita saya masih panjang. Saya berencana buka usaha,dan saya masih berencana menerbitkan buku biografi tentang keluarga saya. Tapi apa impian terbesar saya? Ya, hanya menjadi ayah yang baik..
Seorang ayah yang bisa dibanggakan dan dirindukan.

Menjadi ayah yang baik itu bukan berarti berdiam dirumah dan hanya melakukan pekerjaan rumah saja. Perluas pola pikir untuk kriteria ayah yang baik.. Mereka yang stunning di luar tetapi penyayang didalam rumah. Ayah sekuat karang untuk karir tapi memiliki hati selembut kapas; terutama dirumah. Ayah yang berdiri tegap untuk pencapaian akademis tapi tidak malu menunduk untuk mengikat sepatu anak. Ayah yang tersenyum akan pencapaian karir tapi mampu membacakan dongeng untuk menidurkan anak. Laki-laki yang (suatu hari) anaknya akan menulis blogpost yang sama seperti ini, post yang ditujukan untuk ayahnya akan betapa hebat ayahnya. :)

Rabu, 14 November 2012 - 0 komentar

love is .............


Yang namanya "ngomongin" itu pasti gak ada habisnya ya.
Mulai dari ngomongin orang, ngomongin masalah - masalah, ngomongin orang yang kita suka, ngomongin orang yang gak disuka, apalagi...

Ngomongin cinta.

Udah berapa kata yang dipakai semua orang untuk menjabarkan apa itu cinta, bagaimanakah cinta itu, dan semua hal yang ada karena cinta?
Udah berapa banyak perumpamaan - perumpamaan dan rangkaian pengertian yang dibuat untuk menggambarkan cinta?
Banyak. Banget.

Setiap orang punya sudut pandang berbeda - beda soal cinta. Kenapa? Karena setiap orang punya pengalaman dan jalan cerita masing - masing yang membuat persepsi mereka soal cinta itu beda - beda. Ada yang menganggap cinta itu kebutuhan hidup nomor wahid, ada yang bilang cinta itu penyejuk hati, cinta itu kunci kedamaian, cinta itu buta (kasian banget cinta :'| ), cinta itu tuli, bisu, gagap, panuan, korengan, LOOOOOOHHH KETERUSAN...

Ya intinya, bagi banyak orang, cinta itu jadi hal penting karena berkaitan sama aspek - aspek kehidupan mereka.

Tapi..
Ada juga orang yang berpandangan buruk soal cinta. Ada yang menganggap cinta itu bukan sesuatu yang penting, atau seperti kata (entah kenapa yang muncul di pikiran saya malah ini) Marjinal, Cinta Pembodohan .

Kalau menurut saya, ibaratkanlah cinta itu sebagai seseorang, cinta itu dianggap sebagai seseorang berkepribadian ganda. Kenapa?
Karena cinta bisa bikin seseorang menjadi..

GEMAS (GEMBIRA, AKTIF dan SENANG)

MARMUT (MARAH DAN BETMUUTT..)

Dan yang gak kalah seringnya adalah...
MUSANG (MURUNG, SEDIH AND GALAU)

Maka itu, banyak orang yang berpikir kalau cinta itu bikin serba salah. Dan persepsi orangpun terhadap cinta juga jadi salah. Padahal, cinta itu cuma punya satu sifat; Indah. Punya satu tujuan ; Menyatukan. Punya satu kepribadian ; Membahagiakan.
Logikanya gampang, cinta itu baik. Kalau gak baik terhadap kita, itu bukan cinta.

Jadi..
Kenalilah cinta. Anggaplah cinta itu layaknya seorang manusia, yang butuh dikenal terlebih dahulu, yang tidak ingin asal dijudge sama kita. Cinta itu sangatlah baik, digambarkan dengan sebaik mungkin. Cinta bukan diciptakan buat melukai, jadi kalau kita bilang kita terluka (cie terluka) karena cinta, itu salah. Kalau kita udah benar - benar kenal sama cinta, kita akan tahu sifat, tujuan, dan kepribadian cinta yang sebenarnya.


Dan kita akan benar - benar tahu, betapa indahnya cinta yang sebenarnya...
Sabtu, 10 November 2012 - 0 komentar

Melupakan; Dipaksa Untuk Tidak Ingat?

Yang namanya lupa mah ngga ingat.
Salah satu kalimat klise yang pernah ada di dunia ini. Belom apa-apa udah lebay.

Tapi pada dasarnya memang seperti itu adanya. Lupa adalah keadaan dimana kita tidak ingat akan sesuatu, yang pada umumnya keadaan lupa terjadi dengan unsur ketidak-sengajaan. Lupa mengunci pintu, lupa bawa dompet, lupa waktu, lupa udah punya istri. Eh? Loh? :D


Kemudian dengan kreatifitas luar biasa yang kita miliki, manusia merangkai konsep aneh (menurut saya sih aneh) dalam kehidupan yaitu; melupakan. Dengan alasan: banyaknya hal yang serasa ingin sekali tidak mengingatnya, kita berharap bisa memaksa diri untuk lupa. Aneh kan? Lupa kok dipaksa?
Pada umumnya sih hal yang ingin ‘dilupakan’ adalah kenangan buruk.
Tapi, gimana bisa sesuatu yang terjadi dalam hidup kita secara nyata dilupakan begitu saja? Seburuk apapun bentuknya, kenangan terlalu berharga untuk dipaksa pergi dari ingatan kita.

Kenapa harus lupa?
Bukankah mereka yang telah menyakiti hati kita, yang pada akhirnya mengajarkan untuk menjadi lebih kuat?

Bukankah mereka yang pernah menghancurkan kita, yang pada akhirnya menyadarkan bahwa kita masih bisa bertahan dengan kepingan kepingan yang tersisa?

Mengingat itu gampang karena kita punya memory. melupakan itu susah karena kita punya hati.

Ya pokoknya ya, menurut saya sih ngga pernah benar-benar ada konsep melupakan. Kita hanya bisa secara ikhlas menerima kenyataan bahwa kita sudah bukan lagi bagian dari masa lalu itu. Toh, tidak lagi mengingatnya pun tidak berarti kita berhasil melupakan.
- 0 komentar

Nasib Ngga Ketemu Cinta Sejati.

Kita semua setuju ya pernikahan pertama karena cinta. Murni. (Awas ya, ngga setuju gue ngambek!)

Pada tau ‘kan ya, ngga semua cinta itu sejati. Di mana sebagian cinta yang ngga sejati itu bisa aja pudar. Alasannya tentu beragam pada tiap kasusnya.

Terus apa kabar yang udah nikah, cintanya pudar?

HAH?

APA KABAR CINTA YANG PUDAR DI TENGAH-TENGAH PERNIKAHAN?

KOMITMEN?

Udah? Komitmen doang jawabannya?

Ah, kecewa gue.

Jadi, laki-laki yang terlanjur menikahi wanita yang ternyata setelah sepuluh tahun bersama, wanita itu bukanlah wanita yang ia ingin bersamanya hidup dihabiskan, terpaksa menjalani komitmen awal tanpa ada kesempatan menemukan siapa sebenarnya cinta sejatinya?

Terus, ketika laki-laki yang sudah menikah itu menemukan seseorang yang kepadanya ia ingin sisa hidupnya dihabiskan adalah kesalahan? Kekhilafan?

WHAT?

UDAH PASTI NAFSU?

Otak lo semua pada kenapa sih??
Pertama, hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dengan komitmen yang membuat kita ngga nyaman. Iya dong?

Kedua, laki-laki memiliki hak yang sama atas perasaan ingin dicintai sesuai dengan apa yang selama ini dituntut dari diri laki-laki oleh kaum perempuan. Simplenya, kalo ada ungkapan “Karena Wanita Ingin Dimengerti” LO PIKIR LAKI-LAKI NGGA PENGEN?!

Kesalahan atas ketidakmampuannya mengontrol nafsu yang dilakukan oleh sebagian besar kaum laki-laki bukanlah alasan kita bisa memukul rata bahwa semua laki-laki akan melakukan hal yang sama. Ini bukan sedang mengharapkan adanya pengecualian kasus laki-laki baik-baik, tapi menghadapi kenyataan.

Kenyataan apa?

LOVE FADES AWAY. DEAL WITH THAT.

Terakhir, berhenti mencintai bukanlah pengkhianatan, selama dia berani jujur untuk bilang: “I don’t feel the love anymore”. Toh emang kita ngga akan pernah bisa mengendalikan kapan datang dan perginya cinta.

Pahit?

Ah, kayak baru kenal cinta aja deh..