Sabtu, 10 November 2012 - 0 komentar

Nasib Ngga Ketemu Cinta Sejati.

Kita semua setuju ya pernikahan pertama karena cinta. Murni. (Awas ya, ngga setuju gue ngambek!)

Pada tau ‘kan ya, ngga semua cinta itu sejati. Di mana sebagian cinta yang ngga sejati itu bisa aja pudar. Alasannya tentu beragam pada tiap kasusnya.

Terus apa kabar yang udah nikah, cintanya pudar?

HAH?

APA KABAR CINTA YANG PUDAR DI TENGAH-TENGAH PERNIKAHAN?

KOMITMEN?

Udah? Komitmen doang jawabannya?

Ah, kecewa gue.

Jadi, laki-laki yang terlanjur menikahi wanita yang ternyata setelah sepuluh tahun bersama, wanita itu bukanlah wanita yang ia ingin bersamanya hidup dihabiskan, terpaksa menjalani komitmen awal tanpa ada kesempatan menemukan siapa sebenarnya cinta sejatinya?

Terus, ketika laki-laki yang sudah menikah itu menemukan seseorang yang kepadanya ia ingin sisa hidupnya dihabiskan adalah kesalahan? Kekhilafan?

WHAT?

UDAH PASTI NAFSU?

Otak lo semua pada kenapa sih??
Pertama, hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dengan komitmen yang membuat kita ngga nyaman. Iya dong?

Kedua, laki-laki memiliki hak yang sama atas perasaan ingin dicintai sesuai dengan apa yang selama ini dituntut dari diri laki-laki oleh kaum perempuan. Simplenya, kalo ada ungkapan “Karena Wanita Ingin Dimengerti” LO PIKIR LAKI-LAKI NGGA PENGEN?!

Kesalahan atas ketidakmampuannya mengontrol nafsu yang dilakukan oleh sebagian besar kaum laki-laki bukanlah alasan kita bisa memukul rata bahwa semua laki-laki akan melakukan hal yang sama. Ini bukan sedang mengharapkan adanya pengecualian kasus laki-laki baik-baik, tapi menghadapi kenyataan.

Kenyataan apa?

LOVE FADES AWAY. DEAL WITH THAT.

Terakhir, berhenti mencintai bukanlah pengkhianatan, selama dia berani jujur untuk bilang: “I don’t feel the love anymore”. Toh emang kita ngga akan pernah bisa mengendalikan kapan datang dan perginya cinta.

Pahit?

Ah, kayak baru kenal cinta aja deh..

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.